LetakkanDunia Di Tangan Akhirat Di Hati. Doa Abu Bakar r.a: "Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan hati kami.". Dan doa sahabat Umar Al-Khattab: "Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan ia di lubuk hati kami.". Sesusah mana pun seseorang itu menjalani kehidupan di
MenurutImam Al Ghozali zuhud adalah memalingkan diri dari kehidupan Dunia, dan tertuju kepada Allah SWT. Sdangkan menurut Ibnu Taimiyah, Zuhud adalah 'meninggalkan apa yang tidak bermanfaat, demi kehidupan Akhirat'. Atau mengatur kadar kecintaan kita terhadap kehidupan Dunia, agar dapat menjadikan Akhirat sebagai tujuan hidup utama.
Danpeliharalah kami dari api neraka." (QS al-Baqarah [2]: 201). Rasulullah SAW memberi petunjuk praktis untuk merealisasikan doa di atas dalam hadis, "Empat perkara yang apabila diberikan kepada seseorang maka sungguh dia telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Pertama, hati yang senantiasa bersyukur. Kedua, lisan yang senantiasa berzikir.
DUNIADI GENGGAMAN, AKHIRAT DI HATI Bagikan Artikel ini. Terkadang hati dan iman kita sedang lemah, kita bisa jadi timbul rasa iri, mereka bisa segera meraih kenikmatan dunia, sedangkan kita terkadang sibuk dengan menuntut ilmu dan dakwah sehingga dunia tidak banyak kita dapat. Maka kita ajaklah mereka berlomba-lomba dengan akhirat misalnya:
Darikebodohan dan pembodohan yang merajalela, kecurigaan dan kebencian di antara manusia. Peperangan, teror, dan bentuk kekerasan lainnya. Juga keangkuhan manusia atas nama ras (rasisme), serta kebangkitan politik rasis kamu putih (white supremacy) di berbagai belahan dunia. Semua itu menjadi seolah ancaman yang tiada akhir.
Vay Tiแปn Nhanh Ggads. ๏ปฟOleh Ustadz Ammi Nur Baits Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa baโdu, Dunia hanya di tangan, tidak di hati Seperti itulah dunia di mata para sahabatโฆ sehingga mereka menjadi manusia yang paling zuhud, mekipun mereka memiliki kekayaan yang sangat banyak. Ibnul Qoyim mengatakan, ูุงูุฃุตู ูู ูุทุน ุนูุงุฆู ุงูุจุงุทู ุ ูู
ุชู ูุทุนูุง ูู
ุชุถุฑู ุนูุงุฆู ุงูุธุงูุฑ ุ ูู
ุชู ูุงู ุงูู
ุงู ูู ูุฏู ูููุณ ูู ููุจู ูู
ูุถุฑู ููู ูุซุฑ ุ ูู
ุชู ูุงู ูู ููุจู ุถุฑู ููู ูู
ููู ูู ูุฏู ู
ูู ุดูุก Prinsipnya adalah memutus hubungan dengan batin. Ketika orang telah berhasil memutusnya, kondisi lahiriyah tidak akan mempengaruhinya. Sehingga selama harta itu hanya ada di tanganmu, dan tidak sampai ke hatimu, maka harta itu tidak akan memberikan pengaruh kepadamu, meskipun banyak. Dan jika harta itu bersemayam di hatimu, maka dia akan membahayakan dirimu, meskipun di tanganmu tidak ada harta sedikitpun. Madarijus Salikin, hlm. 465. Ibnul Qoyim menyebutkan riwayat dari Imam Ahmad, Ada orang yang bertanya kepada Imam Ahmad, ุฃูููู ุงูุฑุฌู ุฒุงูุฏุง ุ ูู
ุนู ุฃูู ุฏููุงุฑุ Apakah seseorang bisa menjadi zuhud, sementara dia memiliki 1000 dinar? Jawab beliau, ูุนู
ุนูู ุดุฑูุทุฉ ุฃูุง ููุฑุญ ุฅุฐุง ุฒุงุฏุช ููุง ูุญุฒู ุฅุฐุง ููุตุช ุ ูููุฐุง ูุงู ุงูุตุญุงุจุฉ ุฃุฒูุฏ ุงูุฃู
ุฉ ู
ุน ู
ุง ุจุฃูุฏููู
ู
ู ุงูุฃู
ูุงู Betul, dengan syarat, dia tidak merasa bangga ketika hartanya bertambah dan tidak sedih ketika hartanya berkurang. Karena itulah, para sahabat menjadi generasi paling zuhud, meskipun mereka memiliki banyak harta. Pertanyaan semisal juga pernah disampaikan kepada Sufyan at-Tsauri, ุฃูููู ุฐู ุงูู
ุงู ุฒุงูุฏุง ุ Apakah orang yang kaya bisa menjadi zuhud? Jawab Imam Sufyan, ูุนู
ุ ุฅู ูุงู ุฅุฐุง ุฒูุฏ ูู ู
ุงูู ุดูุฑ ุ ูุฅู ููุต ุดูุฑ ูุตุจุฑ Betul, jika dia bisa menjadi orang yang apabila hartanya bertambah, dia bersyukur, dan jika hartanya berkurang, dia tetap bersyukur dan bersabar. Madarij Salikin, hlm. 466. Ibnul Qoyim melanjutkan, Memutus hubungan agar dunia tidak berada di hatinya, akan semakin terpuji apabila itu dilakukan karena 2 alasan, [1] Karena kekhawatiran itu bisa membahayakan agamanya. [2] Ketika dia merasa tidak ada maslahat besar di sana. Dunia yang Kita Butuhkan, Layaknya Toilet Semua orang butuh toiletโฆ butuh tempat buang air.. namun tidak ada orang yang mencintai toilet. Mereka hanya akan menggunakannya ketika mereka butuh, tanpa harus mencintainya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ุซู
ููุจุบู ูู ุฃู ูุฃุฎุฐ ุงูู
ุงู ุจุณุฎุงูุฉ ููุณุ ููุจุงุฑู ูู ูููุ ููุง ูุฃุฎุฐู ุจุฅุดุฑุงู ูููุนุ ุจู ูููู ุงูู
ุงู ุนูุฏู ุจู
ูุฒูุฉ ุงูุฎูุงุก ุงูุฐู ูุญุชุงุฌ ุฅููู ู
ู ุบูุฑ ุฃู ูููู ูู ูู ุงูููุจ ู
ูุงูุฉ Hendaknya orang itu mengambil harta dengan jiwa yang tidak bernafsu, agar hartanya diberkahi. Dan tidak mengambilnya dengan menggebu-gebu dan perasaan takut kurang. Namun harta di sisinya seperti toilet, yang dia butuhkan, tanpa ada posisi sedikitpun di dalam hatinya. Az-Zuhd wal Waraโ, Syaikhul Islam, hlm. 75 Belajar Zuhud Terhadap Duniaโฆ Zuhud itu amal hati. Belajar zuhud berarti mengendalikan suasana hati meniru kondisi manusia zuhud di masa silamโฆ ada 3 hal yang bisa kita suasanakan, Pertama, hendaknya seorang hamba lebih meyakini apa yang ada di tangan Allah, dari pada apa yang ada di tangannya. Allah menjanjikan kebaikan dunia akhirat bagi mereka yang bertaqwa kepada-Nya. Sehingga ketika dia melihat dunia, dia tidak silau dan memandang janji Allah lebih hebat dibandingkan yang dia lihatโฆ Ketika Nabi Sulaiman alaihis shalatu was salam menerima hadiah dari ratu Sabaโ, berupa harta yang sangat banyak, beliau sama sekali tidak terheran, dan beliau mengatakan, ููุงูู ุฃูุชูู
ูุฏููููููู ุจูู
ูุงูู ููู
ูุง ุขูุชูุงูููู ุงูููููู ุฎูููุฑู ู
ูู
ููุง ุขูุชูุงููู
ู ุจููู ุฃูููุชูู
ู ุจูููุฏููููุชูููู
ู ุชูููุฑูุญูููู Sulaiman berkata, Apakah kalian akan menyogokku dengan harta, padahal apa yang diberikan Allah kepadaku, lebih baik dibandingkan apa yang kalian berikan. Namun kalian merasa bangga dengan hadiah kalian.โ QS. an-Naml 36. Sufyan bin Uyainah bercerita, Khalifah Hisyam bin Abdul Malik pernah menemui Salim bin Abdullah bin Umar. Hisyam menawarkan, โWahai tuan Salim, silahkan minta kepadaku apa yang anda butuhkan.โ Jawab Salim, ุฅููููู ุฃูุณูุชูุญูู ู
ููู ุงูููููู ุชูุจูุงุฑููู ููุชูุนูุงููู ุฃููู ุฃูุณูุฃููู ููู ุจูููุชู ุงูููููู ุบูููุฑู ุงูููููู โAku malu kepada Allah Taโala, untuk meminta di rumah-Nya kepada selain Allah.โ Lalu Salim keluar dari masjid dan diikuti oleh Hisyam. Kata Hisyam, ุงูุขูู ููุฏู ุฎูุฑูุฌูุชู ููุณูููููู ุญูุงุฌูุฉู โSekarang anda sudah di luar baitullah. Silahkan minta kebutuhan anda kepadaku..โ Tanya Salim, ู
ููู ุญูููุงุฆูุฌู ุงูุฏููููููุง ุฃูู
ู ู
ููู ุญูููุงุฆูุฌู ุงูุขุฎูุฑูุฉู ุ โKebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?โ โKabutuhan dunia.โ Jawab Hisyam. Jawab Salim, ุฃูู
ูุง ููุงูููููู ู
ูุง ุณูุฃูููุชู ุงูุฏููููููุง ู
ููู ููู
ูููููููุง ูููููููู ุฃูุณูุฃููู ู
ููู ูุง ููู
ูููููููุง โDemi Allah, aku tidak ingin meminta dunia kepada Dzat yang memilikinya, lalu bagaimana mungkin aku memintanya kepada orang yang tidak memilikinya?โ Masyikhah Ibn Jamaah Ini bisa dilakukan dengan membangun keyakinan mendalam tentang bagaimana Allah memberikan rizki kepada para hamba-Nya, serta janji besar yang Allah berikan kepada para hamba-Nya yang bertaqwa. Kedua, hendaknya seorang hamba berusaha bersabar ketika mendapat musibah yang mengurangi hartanya atau peluang bisnisnya, dst. Dia mengharap kepada Allah dari musibah yang dia alami. Sehingga berkurangya sebagian dunianya, sama sekali tidak merasa kehilangan. Bagi dia, hartanya bertambah atau berkurang, itu sama sajaโฆ Ketika para sahabat berhijrah ke Madinah, meninggalkan kota Mekah, diantara tantangan yang harus mereka hadapi adalah mereka harus siap jadi miskin. Disamping mereka tidak mungkin membawa banyak harta, orang musyrikin Quraisy tidak rela ketika kaum muslimin pergi meninggalkan Mekah dengan membawa banyak hartanya. Tapi bagi para sahabat, itu konsekuensi membela imanโฆ meskipun harus menerima kerugian dunia. Ketiga, bagi dia, orang yang memuji maupun yang mencela dirinya adalah sama, selama dia di atas kebenaran. Ini menunjukkan, dia tidak mencintai dunia. Karena karakter pecinta dunia, dia senang dipuji, dan berat jika dicela. Yang ini bisa menjadi pemicu baginya untuk melanggar larangan Allah karena khawatir dicela. Atau melakukan maksiat, dengan harapan bisa mendapatkan perhatian dari manusia. Ketika orang yang memuji dan mencela sama di hadapannya, berarti dia tidak mempedulikan apa komentar makhluk. Hatinya dipenuhi dengan mencintai Allah, dan berjuang menggapai ridha-Nya, apapun komentar manusia kepadanya. Dikutip dari buku Hakadza Kana as-Shalihun, Khalid Husainan, hlm. 46-47 Allahu aโlam didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
0% found this document useful 0 votes2 views22 pagesOriginal TitleDunia di Genggaman, Akhirat di HatiCopyrightยฉ ยฉ All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2 views22 pagesDunia Di Genggaman, Akhirat Di HatiOriginal TitleDunia di Genggaman, Akhirat di HatiJump to Page You are on page 1of 22 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 15 to 20 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Perasaan baru kemarin masuk SMA, sekarang sudah mau kuliah. Perasaan baru kemarin anak kita main-main dan kita gendong-gendong, sekarang sudah minta nikah. Perasaan baru kemarin anak nikah, sekarang sudah memberi banyak cucu. Perasaan baru kemarin bertemu dengan sahabat-sahabatku, sekarang satu-per satu mereka mulai berpulang menghadap Allah, di usia yang sudah puluhan tahun ini. Demikianlah, dunia [โฆ] The post Dunia Di Tangan, Akhirat Di Hati first appeared on Majelis Tabligh Muhammadiyah. Perasaan baru kemarin masuk SMA, sekarang sudah mau kuliah. Perasaan baru kemarin anak kita main-main dan kita gendong-gendong, sekarang sudah minta nikah. Perasaan baru kemarin anak nikah, sekarang sudah memberi banyak cucu. Perasaan baru kemarin bertemu dengan sahabat-sahabatku, sekarang satu-per satu mereka mulai berpulang menghadap Allah, di usia yang sudah puluhan tahun ini. Demikianlah, dunia ini terasa sangat sebentar, sedangkan akhirat adalah kampung abadi, kekal dan dikekalkan selama-lamanya. Tetapi, mengapa kita selalu melupakan akhirat? Dunia ini sangat singkat, jika dibandingkan dengan kehidupan satu hari di akhirat yang setara tahun di dunia. Allah berfirman โSesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.โ QS. Al Hajj 47 Umur manusia rata-rata adalah 60-70 tahun, sebagaimana dalam hadis โUmur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebutโ. HR. Ibnu Majah Jika satu hari akhirat sama dengan tahun, sementara umur manusia 60-70 tahun rata-rata= 65, maka kehidupan di dunia kurang lebih hanya 1,5 jam saja kehidupan di akhirat. Karenanya, berbagai kesenangan dunia yang melalaikan kita akan akhirat, adalah kesenangan yang amat sangat sebentar. Allah berfirman โKesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang- orang yang bertakwa.โ QS. An NIsaโ 77 โKehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.โ QS. Ali Imran 185 Semoga kita selalu ingat kampung abadi akhirat dan dunia tidak melalaikan kita Jadikan motto hidup kita Dunia di tangan, Akhirat selalu di hati. * * Ferry Is Mirza DM, Aktivis Muhammadiyah dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI JatimThe post Dunia Di Tangan, Akhirat Di Hati first appeared on Majelis Tabligh Muhammadiyah.
Oleh M. Rasyid Nur ADA pesan Imam Syafii, ulama terkenal, satu di antara empat mazhab agama Islam yang ada. Dia berpesan begini, "Jadikanlah akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu." Subhanallah. Akhirat, dunia dan kematian, tiga hal yang diingatkannya dalam satu kali pesan. Ketiga hal itu pasti akan ada dan diyakini akan ditemui oleh setiap manusia beriman. Tidak ada diantara kita yang -beriman- tak yakin akan kedatangan ketiga hal itu. Jadikan akhirat di hati, artinya keyakinan akan kehidupan abadi di akhirat hendaklah ada senantiasa di hati kita. Tidak cukup di pikiran dan perasaan saja. Lalu, jadikan dunia di tanganmu, artinya urusan dunia sebagai jembatan ke akhirat itu hendaklah berada di tangan. Maksudnya itulah yang saat ini dikerjakan. Sementara kematian yang setiap orang tidak akan pernah tahu kapan datangnya haruslah diletakkan di pelupuk mata. Artinya kematian itu diyakini begitu dekatnya dengan kita. Jangan sampai lalai karena tidak tahunya tanggal dan hari kematian. Jika dia serasa berada di pelupuk mata, artinya kita persis dalam posisi begitu dekat. Bisa hanya sekerdip mata saja datangnya. Jika akhirat sudah bersemayam di hati maka setiap tindak-tanduk yang dilakukan sebagai aplikasi kehidupan di dunia ini akan selalu terkaitkan dengan akhirat itu. Karena akhirat adalah hari pembalasan atas apa yang dilakukan di dunia, maka kita tidak ingin pembalasan itu berupa azab dikarenakan tindak-tanduk kita yang melawan ketaatan. Dapat dipastikan, jika semangat akhirat sudah tersimpan dengan baik di hati kita otomatis kehidupan dunia kita pun aka menjadi baik. Akan halnya nasihat kematian yang akan menimpa semua makhluk hidup seperti kita kapan dan dimanapun jua, sudah tepatlah jika dia seolah diletakkan di atas pelupuk mata. Artinya setiap kerdip mata, setiap seepat itu manusia bisa saja mengalami kematian. Jangan bayangkan kematian itu akan datang per tahun atau per bulan. Bahkan jarak per jam dan per detik pun itu terlalu lama. Karena ternyata setiap kerdip mata bisa saja kematian menimpa kita. Makanya, dikatakan, letakkan kematian di pelupuk mata. Hidup sesudah mati itulah sesungguhnya titik akhir yang akan menjadi tujuan semua orang. Dunia dan kehidupan yang ada di dalamnya adalah prosesi perjalanan dari semua perbuatan yang hasil balasan akan diterima nanti. Orang beriman akan tetap berperinsip bahwa sekarang -di dunia- bekerja dan nanti -di akhirat- menerima hasilnya.*** Tulisan yang sama di SHARE THIS Author M. Rasyid Nur M. Rasyid Nur Pensiunan Guru PNS 2017 dan tetap, mengabdi di pendidikan serta organisasi sosial, keagamaan dan kemasyarakatan Facebook Comment
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sesusah-susahnya orang menjalani hidup di dunia, dia tetap saja merasa betah tinggal di dalamnya. Saat orang ditawari untuk mati saat ini juga, dia pasti berfikir dua kali untuk meng-iyakannya. Hidup di dunia memang betah. Menikmati tarikan nafas dari udara yang gratis, masih diberi enak makan dan nyenyak tidur, sehat fisik, apalagi kalau diberikan berbagai kemudahan dari rezeki duniawi. Uang banyak, harta berlimpah, istri cantik dan anak-anak yang shaleh shalehah. Tapi pernahkah kita berfikir bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Hanya mampir ngombe kalau istilah Jawa. Sehingga segala sesuatu yang menempel dengan urusan duniawi pun hanyalah sementara. jabatan, pangkat, keberlimpahan harta, semuanya sementara. Pada akhirnya tak ada yang akan kita bawa jika maut datang menghampiri kita. Hanyalah selembar kain kafan saja dan amal kebaikan yang akan setia menemani kita. Istri dan anak-anak yang sangat kita cintai, tak akan pernah mau menemani kita masuk liang lahat, koleksi rumah mewah, kendaraan mahal, emas intan permata, semuanya akan kita tinggalkan. Semuanya pergi, semuanya meninggalkan kita. Semuanya tak akan ada yang mampu menolong dan menyelamatkan kehidupan kita selanjutnya pasca masuk melalui pintu kematian. Jadi letakkanlah dunia di tanganmu jangan di hatimu. Dunia yang ada di dalam genggaman tangan, akan menjadikan kita tidak terjebak pada sikap terlalu mencintai dunia. Tak akan terjerembab pada laku culas dan kerakusan yang sangat, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Dunia yang diletakkan di dalam genggaman tangan, akan menjadi wasilah kebermaknaan dan kemanfaatan bagi mahluk Tuhan yang lain. Dia akan banyak berterima-kasih pada Tuhan dan sesama manusia lainnya. Saat ia menerima, dia akan segera kasih kepada orang lain, peduli dengan sesama. Terima....Kasih..! Terimaa...Kasih..! begitulah satu ungkapan kalimat yang sering kita katakan. "terima kasih". Dia tidak akan berlaku layaknya fir'aun dan qorun yang hobinya mengumpul-ngumpul harta, hingga kunci lemari dan gudangnya pun harus diangkut oleh unta. Dia tidak akan sekali-kali meletakkan dunianya di dalam hati. Orang yang meletakkan dunia di dalam hati, akan selalu banyak merasa kehilangan, jika hartanya berkurang walau sedikit. Dia akan segan dan sayang untuk berbagi pada sesama, untuk memberi kemanfaatan bagi manusia yang lainnya. Dia akan merasakan sakit, pikiran tegang dan tak akan pernah merasa tenang dalam segala keberlimpahannya. Ketakutan akan senantiasa menderanya. takut di rampok orang, takut didatangi orang yang meminta sumbangan, takut ditangkap oleh aparat negara, takut kekayaannya hilang dari kehidupannya. Dia akan sangat takut miskin, dan pada akhirnya berharap akan hidup selamanya, takut akan datangnya kematian. Kemalangan apa yang lebih dalam, selain hati yang diliputi oleh urusan duniawi yang melalaikan. Hati yang sibuk dengan urusan dunia. Hati yang dipenuhi kecintaan terhadap dunia dan membenci kematian, hubbud dunya wa karahiatul maut. Letakkanlah dunia dalam genggaman tangan, jangan letakkan dunia di dalam hati. Lihat Filsafat Selengkapnya
dunia di genggaman akhirat di hati